Menikah, hmm mungkin bisa di artikan dengan bersatunya dua individu yang saling mencintai, menyelaraskan cara pandang sehingga dapat saling memahami, bertukar pikiran dan rencana hidup masing-masing lalu di rangkum dalam rumusan kehidupan bersama. pastinya sakinah mawadah dan rohmah yang di kehendaki.

Setelah selesai dengan bachelor degree, saya muli di banjiri pertanyaan seputar pernikahan. ada yang dengan pertanyaan frontal tanpa basa-basi namun tidak sedikit juga yang dengan kiasan-kiasan manis bertanya, "satrio kapan nikah?", "Satrio, gimana selanjutnya apa nihh?". haha dan masih banyak lagi.
buat saya pribadi pertanyaan seperti itu bukanlah sebuah beban. justru itulah motivasi yang nyata dan juga sebagai bahan introspeksi diri. "Sudahkah diri ini bersedia untuk menikah? kalau belum, apa yang harus saya persiapkan?".

Masalah calon, nahh ini yang paling seru, sensitif bahkan merumitkan. seru karena bagian yang paling menarik dari segala sesuatu adalah proses. proses persiapan diri, proses pencarian, proses pendekatan, proses penyamaan pandang, dan proses pemahaman. disini kita banyak menghabiskan energi karena memang perlu perjuangan lebih hihi. sensitif karena bisa jadi hati kita belum siap untuk menjawab pertanyaan "siapa?" mungkin karena kenangan masa lalu atau karena seseorang yang di harapkan masih belum memberikan respon yang di harapkan. agak sedih sih.. hiks.. Terakhir merumitkan. kenapa rumit? karena kita teralu banyak memikirkan calon kita dari sudut pandang yg bahkan dalam Agama tidak di ajarkan. cari yang bisa di ajak naik gunung, cari yang bisa masak enak, cari yang bisa nyanyi dan lain-lain. padahal, kriteria itu semua sama sekali bukan hal yang penting dalam pernikahan.

Untuk saya pribadi, pilihan hati mungkin sudah ada, tapi ya namanya pilihan belum tentu yang dipilih mau kan. lagi pula mengagumi dan menyukai seseorang adalah hal yang wajar. dan belum tentu pilihan hati saya mempunyai rasa yang sama terhadap saya, mungkin rasa sukanya sama orang lain lagi-lagi menyedihkan huhu. tapi itu bukan masalah, pandangan saya selagi belum bertunangan atau menikah maka peluang masih terbuka, tinggal bagaimana saya memanfaatkan peluang yang bisa dibilang lebih kecil dan hampir tidak mungkin semaksimal mungkin. serta yang terpenting adalah, selalu berbuat baik pada siapapun. sebarkan rasa kasih dan sayang diantara manusia.

Menyempurnakan diri itu perlu, namun tidak teralu berhubungan dengan pernikahan, karena dalam pernikahan yang dicari adalah kesempurnaan bersama, bukan individu. tapi yang paling kita perlu persiapkan adalah keberanian dan persiapan yang matang untuk menghadapi dunia berkeluarga. tidak harus sempurna karena nantinya akan ada proses tumbuh dan berkembang bersama antara suami dan istri yang akan sama-sama berusaha menyempurnakan keluarganya. 

Jadi jawaban saya untuk pertanyaan "satrio kapan nikah?" adalah "secepatnya" haha

terimakasih...